iklan baris

Iklan Baris

iklan baris

10 Januari 2011

Empat Bulan Mati Suri, Riau Air Akan Kembali Terbang

Sudah empat bulan pesawat Riau Air bisnis penerbangan milik BUMD ini mati suri. Malah perizinannya nyaris dicabut Dirjen Perhubungan Udara. Kini rencananya Riau Air akan kembali terbang dengan pesawat jenis Boeing 737- 500.

"Penerbangan perdana akan dilaksanakan besok (4 januari) dari Bandara Sultan Syarif Kasim II, menuju Tanjung Pinang, Ibukota Provinsi Kepri. Dari Tanjung Pinang pesawat akan melanjutkan perjalanan ke Pulau Natuna. Dari sana kembali lagi ke Tanjung Pinang dan ke Pekanbaru. Kita harapkan setelah lama tidak beroperasi penerbangan itu nantinya berjalan aman dan lancar," kata Kepala Biro Perekonomian Pemprov Riau Adizar dalam perbincangan dengan detikFinance, Senin (03/01/2011).

Menurutnya, saat ini PT Riau Air hanya memiliki satu pesawat jenis Beoing 737-500 yang disewa. Dengan hanya satu pesawat, sehingga rute penerbangan saat ini hanya sebatas Riau dan Kepri.

"Rencananya kita akan kembali menambah pesawat. Dengan demikian nantinya rute penerbangan ke Medan dan Malaka ke Malaysia akan dibuka kembali. Namun kita belum bisa pastikan kapan penambahan pesawat itu. Tapi jelas kita akan mengusahakan secepatnya," kata Adizar.

Ketika ditanya berapa nilai kontrak pesawat tersebut, Adizar mengaku tidak memiliki data konkretnya. "Saya lupa berapa nilai sewa pesawat tersebut. Tapi kita berharap, PT Riau Air bisa kembali normal sebagaimana sebelumnya," kata Adizar.

Untuk sekedar diketahui, perusahaan yang dulunya bernama PT Riau Airlines yang kini menjadi PT Riau Air, merupakan modal patungan Pemprov Riau dan 11 kabupaten dan kota di Riau ditambah dengan kabupaten dan kota Provinsi Kepri, Jambi, dan Lampung.

Selama delapan tahun RAL modalnya Rp 157 miliar. Sedangkan utangnya saat ini lebih dari Rp 200 miliar. Belakangan dua provinsi tetangga Jambi dan Lampung menarik modalnya karena dianggap perusahaan penerbangan ini kurang sehat.

Dalam pengelolaan perusahaan padat modal ini, terkesan bermain-main. Lihat saja misalnya, saat pembelian pesawat antara tahun 2004 sampai 2006 lalu. Direksi dan komisaris sepakat membeli tiga pesawat jenis Foker F-50 seharga Rp 85 miliar. Padahal kondisi pesawat yang dibeli ini merupakan bekas perusahaan lain.

Bila merujuk kondisi pesawat tersebut yang bagus, diperkirakan harga pesawat ini paling mahal hanya Rp 25 miliar satu unit. Bila dengan kondisi yang baru saja, dengan jumlah tiga pesawat artinya harganya hanya Rp 72 miliar. Tapi anehnya, justru pihak RAL membeli dengan harga Rp 85 miliar.

PT RAL sebelumnya juga pernah menyewa dua jenis pesawat BJ 100 Apro yang disewa dari Amerika. Belakangan BUMD ini menunggak sewa sekitar Rp 17 miliar. Karena tunggakan itu, pihak perusahaan pemilik pesawat menarik kembali dua pesawatnya. Dan kini PT Riau Air mencoba kembali bangkit dari keterpurukannya dalam bisnis penerbangan di tanah air.

sumber : www.infopenerbangan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar