iklan baris

Iklan Baris

iklan baris

06 Maret 2010

Garuda Garap Pasar Jepang

Garuda Indonesia bersama pihak terkait lainnya kini sedang serius menggarap pasar Jepang. Ada sejumlah pintu masuknya, antara lain karena Jepang yang kini berpenduduk sekitar 170 juta jiwa sejak lama dikenal sebagai bangsa pelancong.

Setiap tahun sekitar 10 persen warganya melakukan pelesiran ke mancanegara. Namun, mereka yang berkunjung ke Indonesia ternyata masih sangat terbatas, hanya sekitar 0,2 persen dari total pelancong mancanegara Jepang yang tahun lalu mencapai 17 juta orang.

Pintu masuk lainnya adalah karena maskapai penerbangan Japan Airlines (JAL) kini sedang keok akibat beban utang terlampau berat, mencapai 25 miliar dollar AS. Pihak maskapai pelat merah Jepang itu bahkan sudah menyatakan diri bangkrut agar bisa terhindar dari tuntutan para kreditor untuk melelang aset- aset JAL dengan harga murah.

Ketika JAL oleng, maskapai penerbangan Garuda Indonesia di bawah kepemimpinan Emirsyah Satar justru menunjukkan kinerja menggembirakan.

Lihat saja, misalnya, dari raihan keuntungan tahun 2008 yang mencapai Rp 669,49 miliar. Itu berarti 11 kali lipat dibandingkan dengan keuntungan tahun 2007 senilai Rp 60,18 miliar. Bahkan, perubahan kinerja itu sangat fantastis karena ketika Emirsyah Satar mulai memimpin Garuda Indonesia tahun 2005, maskapai penerbangan pelat merah Indonesia itu masih merugi Rp 688,56 miliar (2005) atau Rp 197,07 miliar tahun 2006.

Salah satu aksi konkret Garuda menggarap pasar Jepang adalah dengan meluncurkan paket kegiatan bernama Garuda Orient Holidays (GOH) yang sekaligus dipadukan dengan pelayanan Immigration on Board di Hotel Ritz-Carlton, Tokyo, Jepang, Rabu (20/1) malam. Dalam peluncuran yang diikuti ratusan pelaku bisnis pariwisata Jepang, juga dihadiri Duta Besar Indonesia untuk Jepang Jusuf Anwar, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Imigrasi Muhammad Indra, Direktur Dokumen Perjalanan, Visa, dan Keimigrasian Djoni Muhamad, Direktur Promosi Internasional Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata I Gde Pitana, serta Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar bersama jajarannya.

Garuda sendiri sebelumnya pernah memfasilitasi pertemuan bisnis serupa di Nagoya, Jepang, awal Desember 2009. Seperti dijelaskan General Manager Garuda Indonesia Nagoya Riza Perdana Kusuma saat di Tokyo, pertemuan itu diikuti lebih dari 100 pebisnis pariwisata, hotel, dan restoran Jepang di Nagoya. ”Semangatnya adalah mendorong pengembangan pariwisata kedua negara. Jika makin banyak wisatawan Jepang yang bepergian ke Indonesia atau sebaliknya, Garuda pun akan diuntungkan karena kursi pesawat semakin banyak terisi,” tuturnya.

Emirsyah Satar memaparkan, selain memperluas dan meningkatkan pelayanan Garuda, paket GOH dan Immigration on Board sekaligus mendukung pengembangan pariwisata Indonesia. Melalui kegiatan itu diharapkan mampu menarik minat warga Jepang dan negara lainnya untuk berkunjung ke Indonesia dengan Garuda.

GOH sendiri dengan fokus kegiatan memperkenalkan destinasi baru—selain Bali—di Indonesia kepada para pelancong Jepang. Sejauh ini, Jepang umumnya hanya mengenal Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia Indonesia. ”Padahal, Indonesia memiliki banyak obyek menarik kelas dunia, tetapi belum dikenal luas, selain karena promosi yang masih sangat terbatas juga karena infrastrukturnya yang belum mendukung. Fokus promosi kita melalui GOH adalah destinasi baru di Indonesia yang dinilai telah siap dengan segenap fasilitas pendukung, termasuk infrastrukturnya,” jelas Riza Perdana Kusuma.

Selain memperkenalkan destinasi baru, melalui GOH juga akan melakukan upaya khusus menggarap kelompok pelancong Jepang yang sejauh ini masih tipis minatnya berkunjung ke Indonesia, atau lebih memilih Eropa sebagai daerah tujuannya.

”Kita berharap pada saatnya kelompok menengah ke atas Jepang memilih Indonesia sebagai negara kunjungan wisatanya. Jumlahnya pun diharapkan mengalami peningkatan,” tutur Emirsyah Satar.

Dua pemandu wisata di Tokyo, Kumiko Nambu dan Takako Morita, pun optimistis akan semakin banyak warga Jepang yang berkunjung ke Indonesia bila diikuti promosi lebih gencar mengenalkan sejumlah destinasi baru di Indonesia. ”Sejauh ini sebagian terbesar warga Jepang, terutama kelompok usia 40-an tahun ke bawah, umumnya hanya mengenal Bali. Padahal, Indonesia sangat luas dan memiliki banyak obyek wisatanya,” kata Nambu yang pernah sekali ke Jakarta dan beberapa kali ke Bali.

Khusus penerbangan Jepang (Tokyo, Osaka, dan Nagoya)-Indonesia (sejauh ini hanya melalui Bandara Ngurah Rai, Denpasar), Garuda Indonesia menerapkan pelayanan Immigration on Board. Immigration on Board adalah pelayanan khusus bagi wisatawan asing, terutama Jepang, berupa pengurusan dokumen keimigrasian di atas pesawat beberapa saat sebelum turun di Bandara Ngurah Rai.

Pelayanan Immigration on Board resminya baru diberlakukan sejak 1 Februari 2010. Namun, uji cobanya sudah dilakukan sejak penerbangan Tokyo-Ngurah Rai, Kamis (21/1). Sebelum naik pesawat, para penumpang asing saat itu diminta membeli voucer pembayaran visa on arrival (VoA) di konter check-in Garuda Indonesia di Bandara Narita, Tokyo. Pemeriksaan paspor dan pemberian VoA diproses di dalam penerbangan oleh dua petugas Imigrasi khusus yang ikut dalam penerbangan itu. Para penumpang juga diberi satu kartu pas khusus yang menunjukkan telah diperiksa keimigrasiannya selama dalam penerbangan. Dalam uji coba itu membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam untuk memeriksa keimigrasian 245 penumpangnya.

”Penanganannya lancar, tanpa kendala berarti,” kata Guntur, seorang petugas Imigrasi, sesaat setelah merampungkan tugasnya, sekitar sejam sebelum pesawat mendarat di Ngurah Rai, pukul 17.41.

Aya Nakane (19), asal Yokohama, Jepang, menyambut positif pelayanan Immigration on Board itu. ”Dengan pelayanan seperti ini, tidak lagi harus antre panjang dan lama untuk urusan keimigrasian di Ngurah Rai,” tutur Aya sesaat setelah urusan keimigrasiannya dalam penerbangan itu.

Emirsyah Satar menambahkan, GOH dan Immigration on Board adalah bagian upaya Garuda bersama Kedubes Indonesia untuk Jepang dan Direktorat Jenderal Keimigrasian mendukung pengembangan pariwisata Indonesia. ”Kita berharap melalui dua paket kegiatan itu dapat meningkatkan jumlah wisatawan, terutama dari Jepang, ke Indonesia dengan Garuda,” ujarnya.

Sementara Dirjen Imigrasi Muhammad Indra menegaskan, dengan pelaksanaan layanan Immigration on Board, penumpang tidak perlu lagi harus antre di konter Imigrasi di Ngurah Rai. ”Dengan begitu, wisatawan bisa menghemat waktu lebih banyak dan mereka pun menjadi lebih nyaman,” tutur Indra.

Terus menurun

I Gde Pitana mencatat wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia tahun 2009 (Januari-November) berjumlah 6,359 juta orang atau mengalami kenaikan tipis (0,4 persen) daripada 2008 sebanyak 6,342 juta orang. Dari total 6,359 juta orang itu, pelancong asal Jepang menempati urutan ketiga setelah Singapura dan Malaysia.

Meski naik tipis atau hanya 0,4 persen, posisi Indonesia sebenarnya tergolong istimewa daripada sejumlah negara sekitar dengan gambaran negatif. Sebagai contoh Vietnam, jumlah wisatawan asingnya pada periode yang sama mengalami penurunan 27 persen, Thailand 18 persen, dan Singapura 8 persen.

Khusus pelancong asal Jepang yang berkunjung ke Indonesia, jumlahnya dari tahun ke tahun terus menurun. Misalnya pada tahun 2007, jumlah wisatawan 593.000 orang, turun menjadi 552.000 orang tahun 2008 dan 405.000 orang tahun 2009 (periode Januari-November). Gambaran penurunan juga terlihat dari jumlah wisatawan asal Jepang periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 489.000 orang.

Meski begitu, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tetap memasang target 530.000 wisatawan asal Jepang tahun 2010. ”Perekonomian Jepang sempat minus akibat krisis global setidaknya hingga awal tahun lalu. Namun, belakangan sudah mulai membaik dan diprediksi ke depannya akan terus positif. Selain itu, terobosan Garuda bersama pihak terkait juga menjadi alasan pendukung target itu,” kata I Gde Pitana.

sumber : www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar